Hhmm…gue bingung harus memulai dari mana untuk posting pertama di kategori ‘Uneg-uneg’. Mungkin bisa diawali dengan Flashback, dimana sebagian otak gue berputar searah jarum jam dan terhenti pada pukul 6 pagi. Jam segitu biasanya sebagai orang yang pernah injak kaki di halaman sekolah adalah waktu untuk bangun tidur dari mimpi yang suram. Untuk hari ini gue bermimpi digamparin fans Nabilah gara-gara selfie bareng do’i di pelaminan.
Uppss!!
Mulai ngaco? Maklum baru awalnya, nanti juga semakin stress. Lanjut?
Bolehkah gue bertanya kepada kaum yang pernah sekolah?
Bagaimana rasanya saat kalian pertama kali datang ke sekolah baru, bertemu calon wali kelas baru, bertemu teman baru, suasana baru, ruang kantin baru sampai cari gebetan baru. Penahkah nggak?
Ya iyalah pernah!
Nah, kali ini gue akan menceritakan bagaimana rasanya datang ke Sekolah Menengah Atas Negeri (angka tidak disebutkan) daerah Sunter, menurut lokasi yang gue ingat sampai saat ini. Sekolah ini berada diantara tempat tongkrongan abang-abang tukang bakso, yaitu Pasar Belek (entah kenapa namanya Belek, mungkin para pedagangnya lupa cuci muka atau kelainan mata) dan Jembatan Item yang konon sering ada penampakan para cabe-cabean item.
Pintu Gerbangnya berwarna hijau muda, saat gue tepat berdiri di depan pintu gerbang, gue berkhayal sesaat mungkin saja gue sedang memasuki base camp Bonek yang identik dengan warna hijau muda.
Tapi ternyata bukan hal yang harusnya gue takuti, melainkan suasana adem dan asri di halaman depan pintu masuk sekolah.
Tempat parkir motor, pos security, dan paling penting untuk yang beragama islam ialah disediakannya Mushola. Sampai saat ini, gue merasa di tempat baru, agak asing memang, tapi cukup nyaman.
Beberapa siswa-siswi hilir mudik saat gue melewati meja piket, beberapa kakak kelas sedang asyik membicarakan hal-hal berbau ‘cowok banget’ kayak gossip pacar, hobi, keahlian, sampai film bokep pun dibahas!
Jahh, namanya juga lelaki. Jangan tersinggung yaa, kalo gue boleh survey mungkin semua lelaki yang masih remaja pada zaman gue sudah rasain bagaimana ‘menikmati’ tontonan dewasa. Cukup, sampai disini.
Kembali ke koridor, dan dari semua fasilitas sekolah yang tersedia hingga beberapa ruang dalam sekolah, gue lebih peduli pada letak KANTIN! Ini penting karena menyangkut kebiasaan buruk gue yang selalu menunda sarapan sebelum berangkat sekolah.
Dan ternyata sekolah ini memiliki sebuah gubuk besar dan lebar, biasanya orang menyebutnya dengan Saung tempat siswa-siswi makan bareng disini. Sejauh mata memandang (karena masih menikmati suasana baru) tempatnya memang asyik juga. Didepannya ada taman kecil, disebelah Saung ada ruang posko P3K yang multifungsi.
Sebagai anak baru, siswa baru, calon sukses yang akan berkecimpung dalam kehidupan remaja di sekolah barunya. Gue ikut berkumpul di lapangan sekolah yang luas bangeeetttt. Saking luasnya gue berpikir, ahk mungkin bisa Camping disini. Tapi karena takut sedang melakukan ritual hitam, niat itu gue lupakan.
Upacara untuk menyambut siswa-siswi baru dimulai dengan khidmat, gue berada (entah di barisan mana, karena waktu itu siswa baru masih menyebar acak tidak sesuai kelas yang tertera) gue berada di barisan perempuan saat itu.
Lho, kok dibarisan perempuan, jangan-jangan lu udah ganti kelamin? Apakah lu Bioseksual?
Nggak Brayy!! Nggak segitunya!!
Berada di barisan cewek itu nyaman banget (bagi gue) sebagai lelaki yang sempat merasakan betapa pahitnya men-jomblo. Bergabung dengan barisan cewek adalah trik untuk melirik cewek-cewek yang akan gue sukai.
Lu terlalu jujur fahmi!
Inilah nggak enaknya jadi lelaki! Jujur malah Complain, munafik malah di Judge.
Waktu itu kan masih labil-labilnya, wajar deh berbuat konyol, tapi sebenarnya trik ini menuai hasil.
Buktinya gue sempat beradu pandang dengan seseorang bermata sayup dengan senyumnya yang memukau. Wahhhh beginilah rasanya melihat hal baru di sekeliling. Apalagi melihat seseorang dengan wajah baru yang mempesona.
Dari situ gue mengalami shock ringan, hhmm…
Maksud gue, hati gue kayaknya ada rasa yang harus tersampaikan, tapi tak bisa karena terhalang oleh sebuah tindakan yang belum dilakukan yaitu, perkenalan. Sampai upacara selesai. Dan kegiatan yang nggak gue sukai dimulai. MOS Bimbingan Siwa Baru. Gue belum sempat kenalan.kampret!
Lu terlalu lama fahmi!
Iya, gue akhirnya mengikuti kegiatan yang paling gue benci di Negeri ini, Masa Orientasi Siswa bagi gue adalah momok yang memalukan. Gue pernah baca di internet bagaimana pengalaman siswa baru di sekolah baru di negara Australia, itu jauh berbeda dengan apa yang gue alami.
Disana siswa baru disambut baik, dikenalkan berbagai aspek positif yang bisa bikin anak baru merasa diterima dengan baik di sekolah barunya.
Tapi tidak dengan gue di MOS ini, diajarin bagaimana berbaris yang rapi, pakai topi kerucut warna-warni, dikalungin tali rapia, sumpah gue merasa jadi orang goblok sedunia. Serius!
Dan anehnya, kegiatan ini wajib untuk sekolah-sekolah di seluruh Nusantara ini. Apa-apaan coba? Pengalaman baru di sekolah baru ternyata ada sisi negative yang bisa dirasakan siswa baru, kayak gue yang disuruh nyanyi lagu band lain, kalo nggak bisa, disuruh Push-Up, emangnya kalo penyanyi terkenal kayak Ariel Noah yang dulunya nggak bisa nyanyi harus Push-Up dulu gitu baru bisa nyanyi. Edan bener dah!
Setelah gue amati lebih dalam, ini mungkin di luar kegiatan yang harusnya mendukung siswa baru. Gue mengendus adanya dendam di dalam kenangan kakak kelas yang juga pernah mengalami MOS. Astaga, bisa saja ini adalah tradisi pembodohan yang menyebar karena pernah mengalami hal buruk lalu dilakukan lagi ke orang lain.
Kayak kayu terkena api tapi merembet ke kayu yang lain!
Sok tau banget sih lu, fahmi. Itu mungkin hanya anggapan lu aja kali!
Bisa jadi! Mungkin gue iri dengan negara lain. Siswa baru selalu diperkenalkan dengan baik di kelas, bukan disuruh sebutkan cewek mana yang disukai dikelas. Siswa baru digabungkan dengan tim aktif di sekolah, bukan digabungkan dengan tim joget dangdut saat MOS. Siswa baru diberi penghargaan atas masuknya di sekolah barunya, bukan diberi teguran keras hanya karena lupa bawa topi kerucut untuk MOS.
Semoga untuk siswa baru yang diterima di sekolah barunya di Indonesia, bisa dilecut niat-nya untuk semangat bersekolah, tapi jangan dikendurkan niat-nya dan berpaling menjadi pribadi malas sekolah.
Salam untuk pengalaman awal masuk sekolah