Apa Itu Jatuh Cinta, Putus Cinta, dan Cinta Buta?

Jika kalian pernah mendengar lirik lagu dari Band J-Rock, “Aku jatuh cinta… ku jatuh cinta… I’m falling in love… I’m falling in love with you…” berarti kalian pernah merasakan betapa indahnya perasaan saat jatuh cinta. Apalagi perasaan itu datang saat bertemu seseorang yang kita suka. Ciee… .

Jatuh cinta bisa diartikan dengan berbagai macam sudut pandang. Sampai para Filsuf juga ikut berpendapat mengenai perasaan yang bikin kita lupa keadaan sekitar hanya karena fokus melihat hal yang kita suka. Seseorang.

Cieee yang berduaan, sumber dari www.ayeey.com


Seperti yang sering ditampilkan di berbagai acara FTV di televisi. Bagaimana cara orang bertemu dan merasa jatuh cinta sangatlah unik dan kompleks.

Gue pernah liat adegan seorang lelaki ganteng sedang ngebut bawa mobil Ferrari, karena hilang kemudi atau hilang akal, ia sempat menyerempet seorang gadis cantik yang ingin menyeberang jalan. Si gadis nyungsep dekat selokan di sebelah jalan. Lelaki nya turun dari mobil. Saat tak sengaja beradu pandang. Si lelaki malah berbisik yang suaranya terdengar meskipun mulut tak berbicara (pasti tahulah efek suara ini di film-film begituan).

“Wah, cantik sekali gadis ini!”

Gue yang nonton sempat kehilangan akal sehat. Wow! Cantik kata dia! Eh, busyet masih bisanya gombalin cewek yang udah diserempet trus masuk got. Gue, kalo jadi ceweknya ada yang ngomong gitu langsung gue gampar pake sepatu Higheels.

Tapi anehnya, saat sudah mengikuti alur ceritanya. Si lelaki tadi malah jadian sama di gadis yang diserempet.

Jatuh cinta kadang terlihat konyol bagi gue.

Namun di dunia nyata hampir sama dengan kisah tersebut. Cuma bedanya, ada sedikit perubahan. Seandainya sama, gue juga pengen serempet cewek cantik terus ngomong, “Kamu cantik ya!”, terus akhirnya jadian.

Hidup terasa mudah dan nyaman kalo kita bisa seperti itu. Ahhhh~

Saat sedang asyik Browsing di Kaskus, gue nemu artikel yang sudah di cap Hot Thread oleh admin-nya. Isinya lumayan bikin gue penasaran tentang mengetahui lebih dalam mengenai cinta secara ilmiah.

Ini pertama kalinya, post ini dapat referensi dari sumber artikel yang sering gue baca di web Kaskus, cekidot gan! (sedikit perubahan agar enggak disangka copy paste)

Oke, di dalam bidang Neuroscience, cinta itu terbentuk karena adanya zat kimia, yang bisa dibilang ‘memenuhi’ otak kita. Saat kita mendadak menyukai seseorang, sebuah bagian otak kita yang bernama Hypothalamus, menjadi aktif memproduksi lebih banyak Hormon Oxytocin, yaitu Hormon yang membuat perasaan stres berkurang. Serta, juga diproduksi Hormon Vasopressin, sebuah Hormon yang mengatur tekanan darah kita.

Kalo kata orang, mungkin ini semua efek dari pandangan pertama dan juga perasaan berlebihan saat berdekatan dengan orang yang kita suka, seakan darah membeku. Padahal itu hanya anggapan umum yang biasa dinyanyikan penyanyi genre romantis.

Nah, kedua Hormon yang disebutkan tadi, langsung mengalir di sirkulasi otak dan membuat tanda untuk merangsang Hypothalamus untuk aktif memproduksi Dopamine, tau kan artinya?

Dopamine itu sebuah senyawa, yang dapat membuat pikiran kita tidak bisa lepas dari orang yang kita suka. Seolah menganggap bahwa di dunia ini cuma milik berdua saja. Ciee… lebay.

Itulah asal-usul kenapa kita merasa ‘bisa’ jatuh cinta. Tapi, bagaimana dengan putus cinta? Orang bilang itu adalah perasaan kita yang terlanjur sayang dengan seseorang yang pergi meninggalkan kita.

Oh ya?

Kita lihat dari segi ilmiahnya lagi, yuk!

Memang sedih dan sarat derita saat orang yang kita cintai dengan angkuhnya meninggalkan diri kita dalam naungan kegelapan sesaat sebelumnya pernah menyinari hidup kita. Kenapa kita bisa sedih?

Karena adanya konflik dalam otak kita. Meski sebuah hubungan telah berakhir, otak kita tetap aktif memproduksi senyawa Dopamine, yang membuat kita terus termotivasi untuk tidak lepas dari orang yang kita sukai. Nah loh!

Di bagian yang lain, bagian otak kita yang bernama Orbital Frontal Cortex yang mengatur emosi dan kontrol kita diri kita, ikut aktif, dan berusaha mengambil kontrol otak kita, untuk melupakannya.

Akibatnya, terjadi konflik di otak kita, dimana satu sisi, kita ingin melupakan orang yang kita sukai, lalu di sisi lain kita tidak bisa melupakannya. Semuanya berujung pada kesedihan.

Sebagian banyak yang mengatakan bahwa kenapa kita bisa jatuh cinta adalah karena cinta itu buta. Benar enggak sih?

Bagaimana respon otak?

Begini, saat berbagai zat kimia yang membanjiri otak kita, jalur Neural negatif yang menghubungkan Nucleus Accumbens menuju Amygdala dalam otak kita, menjadi ter-nonaktifkan alias tidak aktif.

Padahal, jalur Neural inilah yang membuat kita biasanya dapat menilai buruknya sesuatu, seperti menilai rasa nasi basi. Tapi, karena berlebihan zat kimia yang ada di otak, hal inilah yang membuat kita tidak pernah menilai buruk orang yang kita sukai.

Kalo kata bapak gue, “Cinta itu buta, Nak.”

Jadi semuanya Cuma permainan Hormon dalam otak kita, jika ada kata-kata di dalam hati, itu cuma perumpamaan.

Pernah dengar, dialog di film Spiderman 2, saat Pete Parker mengatakan hal sebenarnya pada Mary Jane.

“Pikiranku juga sama denganmu, kupikir aku bisa bersamamu, tapi aku tak bisa, pikiranku juga membohongi diriku.”

The End

Semoga jumlah para jomblo berkurang.

Kenapa gue bisa tahu tentang hal ini? Ini sumber referensinya Apa Itu Cinta

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »