Dari www.selipan.com |
Sempat bete kalo ingat dua kalimat
ini. Mungkin dua kalimat ini adalah mantra kutukan yang bisa mengelabui diri
kita akan indahnya percintaan. Hoeekkk!!! Cuihhh!!! Kenapa harus gue yang kena
pengaruh dua kalimat ini!!!
Hhhmmm…
Beberapa hari yang lalu, saat
kemacetan di Jakarta tak ada beresnya. Gue berdiam diri dalam kamar. Mendadak
renungkan diri dalam kekosongan ruang yang begitu hening. Jika terdengar suara
kecil bagai ban kempes, ketahuilah itu adalah suara kentut.
Duduk bersila. Mata fokus ke sebuah
kalender bulan Februari. Dan munculah beberapa scene masa lalu yang tak bisa dilupakan apalagi di reset. Masa dimana gue masih ingusan,
masih labil, masih alay dengan tingkat ke-alay-an yang tinggi. Anggap aja gue
lelaki item yang terjun ke dunia asmara. Lelaki bodoh yang tidak mengerti
perasaan diri sendiri, hanya bisa menyukai tanpa alasan yang jelas.
Dulu, gue gampang banget menyukai
seseorang tanpa ada alasan. Orang yang gue maksud adalah wanita yaa… bukan
waria. Ada yang pernah mengalami hal serupa?
Jadi waktu itu gue menyukai Regina.
Dia gadis sekelas bareng gue, salah satu fans berat band Vierra yang sebelum
ganti nama. Dia juga mengidolakan vokalis band tersebut yang bernama Widi.
Sifatnya yang periang dan ceria. Membuat hati ini ikut buncah, merasa senang
tanpa diketahui olehnya.
Lentik matanya yang sempurna, membuat
adu pandang bagi penglihatan gue terkesima. Lesung pipinya yang imut cukup
memberi kesan pesona. Gue bahagia banget bisa melihatnya setiap hari di kelas.
Tawa candanya yang khas, membuat gue terkagum-kagum tak jelas.
Tanpa di sadari, gue jatuh cinta. Dan
bodohnya tanpa alasan yang mendukung. Tapi… bukankah cinta memang sedemikian
adanya. Terciptanya perasaan suka tak berarti langsung memiliki apa yang kita
suka. Karena selalu ada tembok besar di antara perbatasan dinding ‘suka’ dengan
dinding ‘memiliki’.
Mitos bahwa tulang rusuk wanita
tercipta dari tulang rusuk lelaki. Karena gue paranoid, gue sempat ke rumah
sakit untuk di rongein dengan alat
infra merah. Lebay banget kan? Tapi itulah gue. Rasanya gue dibutakan oleh
cinta.
Dari www.fotogambarlucu.com |
Tolong saya ingin bisa melihat indahnya dunia sekali ini saja… please…jangan butakan saya!!! Terakhir kali gue berteriak seperti itu dalam keadaan mati lampu di kost-an. Hhhmmm….
Oke, jadi gue tuh suka banget sama
Regina. Bagai Aiden seperti game Watchdog, gue mencari tentang hal apa yang
berkaitan dengan Regina melalui media sosial. Dulu, smartphone belum begitu gue
kenal, lantas pulang sekolah gue langsung masuk warnet dan browsing dengan kecepatan
ketik jari yang cepat, gue menuliskan namanya di Search Engine.
Dan yang keluar adalah sebuah blog
yang fenomenal… (sengaja tak kusebutkan nama blognya)
Namanya pun tertera di dalam profil
blog tersebut. Isi konten blognya tidak lain adalah lirik seluruh lagu album
Vierra. Gue cepat mengenalinya karena foto profilnya yang nggak bisa bikin
tebakan gue meleset. Karena gue hapal seluruh bagian indah di wajahnya.
Regina menyukai lagu Vierra, menyukai
buah apel, hobi baca novel fiksi, suka bengong, jahilin anak tetangga. Suka
cowok lucu ngomong nggak nyambung. Yang terakhir pas banget dengan diri gue!
Esok harinya gue memberanikan diri.
Perasaan ini cukup dag dig dug belalang sunat. Saat ia memasuki ruang kelas
dengan anggunnya. Rambut panjangnya terurai kesana kemari karena pengaruh
angin, ya ampun dia seperti putri iklan di tivi!
Gue panggil namanya dan dia pun
menoleh pelan ke arah gue. Dia tersenyum dan langsung menghampiri gue dengan
cepat. Sampai wajah cantiknya sangat dekat sekali dengan wajah gue, dia
berbisik pelan sambil cekikikan. Gue sempat merinding saat dia berkata,
“Mi, utang bakso kemarin lu belom
bayar sama gue! Hahaha…”
Jeegggeeerrrr!! Memalukan lelaki macam
apa yang bisa ngutang sama wanita cantik ini. Gue menyesali diri gue yang
selalu bokek.
Tapi rencana hati harus tetap
dijalankan, “Gina, gue mau ngomong sama lu nihh, kita ke belakang yuk, rahasia
nihh.” ajak gue ke tempat duduk paling belakang. Karena suasana kelas cukup
ramai dengan kesibukan gossip murahan teman sekelas. Gue memilih untuk duduk
berdua dengan Regina di barisan meja paling belakang.
“Hhhmmm… mau ngomong apa? Mau ngutang
bakso lagi?” tanya Regina.
“Lu jangan tersinggung yaa… ini cuma
masalah hati. Gue tadi ke dokter buat cek kesehatan ternyata gue nggak mengidap
Hepatitis. Jadi mungkin ini sedikit
ngaco dari pikiran gue…” mencoba basa-basi dulu, menangkap Feeling sesaat di wajah Regina.
“Ngomong apa nihh… gue jadi sedikit
kepo nihh.”
Dan langsung saja gue tembakkan meriam
terakhir disaat medan tempur sudah tak mampu terbendung, “Gue suka sama lu, gue
boleh nggak jadi seseorang yang spesial di samping lu, seseorang yang bisa lu
butuhkan saat lu mau, seseorang yang bisa menemani canda tawa lu?”
Regina terdiam… sampai lima kalimat
meluncur bagai balasan yang membingungkan.
“Lu, suka gue dari apanya?”
Aduhhh gue nggak sempat mikir sampai
ke situ. Haruskah cinta itu detail? Haruskah yang lebih spesifik?
“Eh, gue belum mikir sampe situ, tapi
tiba-tiba aja gue ingin selalu dekat dan bersama lu setiap saat.” jawab gue
seadanya dan jujur dari hati.
Regina beranjak berdiri dari kursi
kayu, ia masih menatap gue dengan lembayung. Senyum manisnya tidak merekah
kembali. Gue tahu, gue melakukan kesalahan fatal. Dasar tolol lu, Mi!
“Untuk saat ini, gue cuma bisa jawab,
hanya teman. Lu ngerti kan?” tak perlu gue mengangguk. Itu sudah lebih dari
cukup untuk gue pahami. Regina menolak gue.
Aneh ya? Saat gue sedang gembiranya
merasakan jatuh cinta untuk pertama kali, saat itu juga gue merasakan betapa
sakitnya hati. Tidak sesuai ekspetasi, tidak sesuai keinginan hati, tidak
sesuai dengan apa yang selama ini telah gue impikan.
Saat Scene masa lalu berakhir. Gue memejamkan mata. Kembali selonjoran
di kasur tipis. Pandangan gue keatas. Melihat langit-langit kamar. Gue menyimpulkan,
ternyata gue pernah menjadi orang bodoh hanya karena berawal dari jatuh cinta.
Semoga ke depannya gue bisa lebih baik
lagi untuk memperbaiki apa yang salah di masa lalu.
Ingat! Kadang men-jomblo terus itu
tidak baik untuk kesehatan!