Cinta Itu… Monyet!

 Hal yang paling membosankan saat liburan waktu sekolah dulu adalah dengan hadirnya film-film drama dengan genre percintaan remaja yang gue rasa alurnya kadang yang disorot itu-itu aja.


Monyet bisa jatuh cinta enggak sih??

Contohnya, ada adegan seorang cowok ganteng nggak sengaja tabrakan dengan cewek cakep saat jalan-jalan di Mall. Lalu ada suara lain dari benak si cowok, “Widih cakep banget nihh cewek, pacarin ah!” dan tak lama scene pun berlangsung cepat serta diakhiri dengan jadinya cowok tadi dengan cewek yang ditabraknya ke jenjang pernikahan.

Dalam hati gue,

Kampret!!!

Menurut gue, itu di luar batas fiksi untuk bisa terjadi di dunia nyata. Ya elah. Kalo adegan kayak gitu bisa benar-benar terjadi di dunia nyata, mungkin sekarang gue gonta-ganti istri lantaran sering nabrak (nggak sengaja) ke cewek-cewek yang lewat di depan gue.

So, aduhh gue pengen somay nih!

Saat gue keluar dari kamar kost, berlari pelan ke tukang somay langganan. Nggak sengaja tuh nabrak cewek. Entah kenapa sering nabrak cewek. Apakah itu bakat gue? Apakah itu sebuah kelainan psikologis gue? Kebanyakan cewek yang gue tabrak rata-rata memiliki tingkat wajah yang cantik dan imut.

Keren nggak?

Seharusnya gue dicatat oleh Guiness Word Record sebagai lelaki yang sering nabrakin cewek cakep. Ngohehehehe…

Kali ini ada efeknya langsung, sekilas mata kita bertemu. Ada jeda beberapa menit. Lalu senyum simpulnya pun mengembang bagai memberi pesona yang telah lama gue nantikan. Aduhai manis sekali, gue udah bersiap-siap kena Diabetes nih.

Dalam keremangan mata gue yang habis nubruk tembok karena pandangan teralihkan oleh senyum, cewek itu membuat tawa kecil terdengar di kuping gue. Ternyata dia memiliki tawa yang khas. Mau dengar?

Hihihihi…hik..hik..hik

Gue sempat merinding sih.

Tapi bagai cerita kisah cinta. Cewek itu berlalu. Hilang dalam keramaian ibu-ibu rumah tangga yang Hangout bareng di dekat warung dan pinggir jalan. Walau dapat peluang, gue nggak dapat kesempatan emas. Gue berkacak pinggang sambil menggerutu. Dan di pikiran gue yang ada hanya sebuah suara datar dari dalam otak.

“Bego lu, Mi!”

Lalu terjadilah perang bubat antar si Hati dengan si Otak. Dimana gue sebagai pihak netral di posisi yang ‘serba’ salah. Si Hati menggebrak saluran gerak darah menyampaikan pesan ke Otak.

“Hey, belum tentu bisa jodoh dengannya. Jangan asal komen aja kepada diri sendiri. Nggak baik buat perkembangan motivasi Fahmi sebagai lelaki yang hampir 5 bulan Jomblo!”

“Ngaco! Justru ini adalah kuasa-ku agar memberi sinyal ke setiap syaraf motorik agar langsung bertindak untuk mendapatkan jodoh. Fahmi tak hanya harus menyeimbangkan motivasi, tapi juga harus ada seseorang yang membuatnya terinspirasi.”

Dan gue ikut menyela perundingan ini.

“Hentikan omong kosong kalian! Berikan aku solusi agar bisa dapat jodoh!”

Si Hati dan si Otak bersamaan bilang, “berusaha dan tetap berdoa!”

Hening.

Gue akhirnya beli somay dengan porsi 10 ribu per piring. Duduk di dekat bangku yang disediakan tukang somay. Behh mantap rasanya, abang somay nih jago banget meracik bumbunya agar gurih saat di santap. Kalo ada duit lebih, rasanya gue pengen buka usaha dengan papan usaha warung berjudul ‘Rumah Makan Somay Khusus Jomblo’

Tapi takut terjadi diskriminasi status, niat bagus itu harus gue telan bulat-bulat.

Di sebelah gue juga ikut makan somay, mereka adalah 2 lelaki yang sedang membicarakan hal maha penting yang akan dibahas tuntas oleh mereka. Apa itu?

‘Cinta Monyet!’

Lelaki cepak belah tengah akan gue sebut si Cepak dan lelaki gendut bermuka mirip Dwayne Johnson nahan mules, gue sebut si Gendut. Lalu terjadilah perbincangan yang enggak sengaja gue denger,

Si Cepak dengan bibir monyong berkata, “Bro, yang namanya cinta harus diperjuangkan, lu harus rela mengorbankan tenaga dan pikiran lu untuk orang yang lu sayangi!”

Si Gendut mengganguk.

Si Cepak masih cerocos, “jangan pedulikan hal lain. Ingat, prinsip cinta adalah harus saling menyukai dan mengisi kekurangan serta saling membimbing satu sama lain.”

Si Gendut menggeleng tak paham.

Gue ikut menggeleng tak paham. Dalam hati, “Itu semua bisa dibilang omong kosong, jodoh itu adalah hal paling misterius di dunia ini, dia bisa saja tidak sesuai harapan, tidak sesuai dengan perkataan orang lain, dan tidak sebegitu menarik untuk orang yang ingin buru-buru dapat jodoh!”

Si Cepak masih melanjutkan, “Untuk sekarang, lu masih remaja, cinta semacam anak remaja adalah cinta monyet! Hanya bisa main-main doang! Lu harus serius!

Kali ini si Gendut membuka suara, “Bagaimana kalo orang yang kita sayangi adalah orang yang cuma bisa mempermainkan hati kita? Orang yang selalu fokus ke fisik, orang yang selalu menganggap materi adalah segalanya?”

Si Cepak terdiam, mencoba mencermati perkataan si Gendut. Gue bisa saja ikut campur dan memberi tanggapan dengan berkata, “Jotos aja kalo lu punya jodoh kayak gitu! Orang yang tidak menghargai perasaan layak dapat teguran berupa pukulan kesadaran!” tapi gue hanya diam.

Tak lama dalam obrolan itu, datanglah gadis manis yang membuat mata gue terbelalak dan sempat keselek kentang. Gadis itu adalah cewek yang tadi gue tabrak.

Si Cepak berkemas meninggalkan si Gendut yang masih kebingungan, dari kejauhan cewek tadi dan si Cepak saling bergandeng tangan. Disini semua nuansa yang gue lihat bagai mimpi buruk. Ternyata cewek itu pacarnya si Cepak. Suwekkkk!!!

Karena masih melongo, Si gendut menepuk bahu gue dan bertanya seolah sudah akrab dengan gue.

“Maaf, Bang. Saya nanya dong, menurut ente cinta itu apa sihh??” tanya dia dengan wajah di bikin sepolos mungkin.

Dengan segenap hati. Dalam campuran antara emosi dengan pertanyaan konyol dan tak terima si Cepak pacarnya gadis cakep yang tadi gue tabrak. Dalam hembusan nafas berat, gue menjawab.

“Cinta itu… Monyet!!! Bang, nih piringnya!” gue langsung pergi meninggalkan Abang tukang somay yang saling bertatapan dengan si Gendut dengan penuh rasa heran.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »