Perhatikan saat isi daya Smartphone di tempat umum

Perhatikan saat isi daya Smartphone di tempat umum

Keamanan Data
Kali ini saya berbagi tips untuk para Netizen yang sering atau pernah mengandalkan perangkat lain di tempat umum untuk mengisi daya Smartphone, setelah searching dan menemukan sesuatu yang berguna bagi saya dan juga untuk orang lain, saya mencoba men-share kembali dengan sumber link yang akan dicantumkan di bawah artikel ini.

selamat membaca.

Data smartphone Anda bisa diretas bukan saat menggunakan WiFi di tempat umum saja. Tapi hati-hati juga ketika mengisi daya ke komputer tak dikenal, alat pengisian daya yang tersedia secara bebas di bandara, kafe, taman dan transportasi umum. Ahli Kaspersky Lab, telah melakukan eksperimen proof-of-concept bahwa ketika perangkat terhubung ke PC atau Mac dan terjadi proses ‘handshake' (proses perkenalan antara perangkat dengan PC / Mac ketika saling terhubung), terjadi pertukaran data. Data yang diberikan termasuk nama perangkat, produsen perangkat, jenis perangkat, nomor seri, informasi firmware, informasi sistem operasi, sistem file / daftar file, elektronik chip ID.
Jumlah data yang dikirim selama proses ‘handshake’ ini bervariasi tergantung pada perangkat dan host, tetapi kebanyakan dari smartphone mentransfer sejumlah informasi yang hampir sama, seperti nama perangkat, produsen, nomor seri dll. Bahkan, menggunakan PC biasa dan kabel USB micro standar yang sudahditanam set perintah khusus (disebut AT-commands), para ahli mampu re-flash smartphone dan diam-diam menginstal aplikasi root pada perangkat. Ha ini sama saja secara total meretas smartphone, meskipun tidak ada malware yang digunakan.
"Resiko keamanannya adalah Anda dapat dilacak melalui ID perangkat Anda; smartphone Anda bisa di instal dengan apa pun baik itu adware ataupun ransomware secara diam-diam; dan jika Anda seorang pembuat keputusan di sebuah perusahaan besar, Anda bisa dengan mudah menjadi target hacker profesional," ungkap Alexey Komarov, peneliti di Kaspersky Lab. "Dan seseorang tidak perlu sangat terampil untuk bisa melakukan serangan tersebut, semua informasi yang Anda butuhkan dapat dengan mudah ditemukan di internet," simpulnya.
Solusinya, hanya gunakan stasiun pengisian USB dan komputer terpercaya untuk mengisi daya perangkat Anda. Lindungi smartphone Anda dengan kata sandi, pengenalan sidik jari, dll, dan jangan membukanya saat pengisian. Gunakan teknologi enkripsi dan kontainer aman (area terlindung pada perangkat mobile yang digunakan untuk mengisolasi informasi sensitif) untuk melindungi data.
Semoga bermanfaat, tujuan saya hanya men-share kembali, bukan maksud copy paste.
Sumber

Cinta Itu… Monyet!

 Hal yang paling membosankan saat liburan waktu sekolah dulu adalah dengan hadirnya film-film drama dengan genre percintaan remaja yang gue rasa alurnya kadang yang disorot itu-itu aja.


Monyet bisa jatuh cinta enggak sih??

Contohnya, ada adegan seorang cowok ganteng nggak sengaja tabrakan dengan cewek cakep saat jalan-jalan di Mall. Lalu ada suara lain dari benak si cowok, “Widih cakep banget nihh cewek, pacarin ah!” dan tak lama scene pun berlangsung cepat serta diakhiri dengan jadinya cowok tadi dengan cewek yang ditabraknya ke jenjang pernikahan.

Dalam hati gue,

Kampret!!!

Menurut gue, itu di luar batas fiksi untuk bisa terjadi di dunia nyata. Ya elah. Kalo adegan kayak gitu bisa benar-benar terjadi di dunia nyata, mungkin sekarang gue gonta-ganti istri lantaran sering nabrak (nggak sengaja) ke cewek-cewek yang lewat di depan gue.

So, aduhh gue pengen somay nih!

Saat gue keluar dari kamar kost, berlari pelan ke tukang somay langganan. Nggak sengaja tuh nabrak cewek. Entah kenapa sering nabrak cewek. Apakah itu bakat gue? Apakah itu sebuah kelainan psikologis gue? Kebanyakan cewek yang gue tabrak rata-rata memiliki tingkat wajah yang cantik dan imut.

Keren nggak?

Seharusnya gue dicatat oleh Guiness Word Record sebagai lelaki yang sering nabrakin cewek cakep. Ngohehehehe…

Kali ini ada efeknya langsung, sekilas mata kita bertemu. Ada jeda beberapa menit. Lalu senyum simpulnya pun mengembang bagai memberi pesona yang telah lama gue nantikan. Aduhai manis sekali, gue udah bersiap-siap kena Diabetes nih.

Dalam keremangan mata gue yang habis nubruk tembok karena pandangan teralihkan oleh senyum, cewek itu membuat tawa kecil terdengar di kuping gue. Ternyata dia memiliki tawa yang khas. Mau dengar?

Hihihihi…hik..hik..hik

Gue sempat merinding sih.

Tapi bagai cerita kisah cinta. Cewek itu berlalu. Hilang dalam keramaian ibu-ibu rumah tangga yang Hangout bareng di dekat warung dan pinggir jalan. Walau dapat peluang, gue nggak dapat kesempatan emas. Gue berkacak pinggang sambil menggerutu. Dan di pikiran gue yang ada hanya sebuah suara datar dari dalam otak.

“Bego lu, Mi!”

Lalu terjadilah perang bubat antar si Hati dengan si Otak. Dimana gue sebagai pihak netral di posisi yang ‘serba’ salah. Si Hati menggebrak saluran gerak darah menyampaikan pesan ke Otak.

“Hey, belum tentu bisa jodoh dengannya. Jangan asal komen aja kepada diri sendiri. Nggak baik buat perkembangan motivasi Fahmi sebagai lelaki yang hampir 5 bulan Jomblo!”

“Ngaco! Justru ini adalah kuasa-ku agar memberi sinyal ke setiap syaraf motorik agar langsung bertindak untuk mendapatkan jodoh. Fahmi tak hanya harus menyeimbangkan motivasi, tapi juga harus ada seseorang yang membuatnya terinspirasi.”

Dan gue ikut menyela perundingan ini.

“Hentikan omong kosong kalian! Berikan aku solusi agar bisa dapat jodoh!”

Si Hati dan si Otak bersamaan bilang, “berusaha dan tetap berdoa!”

Hening.

Gue akhirnya beli somay dengan porsi 10 ribu per piring. Duduk di dekat bangku yang disediakan tukang somay. Behh mantap rasanya, abang somay nih jago banget meracik bumbunya agar gurih saat di santap. Kalo ada duit lebih, rasanya gue pengen buka usaha dengan papan usaha warung berjudul ‘Rumah Makan Somay Khusus Jomblo’

Tapi takut terjadi diskriminasi status, niat bagus itu harus gue telan bulat-bulat.

Di sebelah gue juga ikut makan somay, mereka adalah 2 lelaki yang sedang membicarakan hal maha penting yang akan dibahas tuntas oleh mereka. Apa itu?

‘Cinta Monyet!’

Lelaki cepak belah tengah akan gue sebut si Cepak dan lelaki gendut bermuka mirip Dwayne Johnson nahan mules, gue sebut si Gendut. Lalu terjadilah perbincangan yang enggak sengaja gue denger,

Si Cepak dengan bibir monyong berkata, “Bro, yang namanya cinta harus diperjuangkan, lu harus rela mengorbankan tenaga dan pikiran lu untuk orang yang lu sayangi!”

Si Gendut mengganguk.

Si Cepak masih cerocos, “jangan pedulikan hal lain. Ingat, prinsip cinta adalah harus saling menyukai dan mengisi kekurangan serta saling membimbing satu sama lain.”

Si Gendut menggeleng tak paham.

Gue ikut menggeleng tak paham. Dalam hati, “Itu semua bisa dibilang omong kosong, jodoh itu adalah hal paling misterius di dunia ini, dia bisa saja tidak sesuai harapan, tidak sesuai dengan perkataan orang lain, dan tidak sebegitu menarik untuk orang yang ingin buru-buru dapat jodoh!”

Si Cepak masih melanjutkan, “Untuk sekarang, lu masih remaja, cinta semacam anak remaja adalah cinta monyet! Hanya bisa main-main doang! Lu harus serius!

Kali ini si Gendut membuka suara, “Bagaimana kalo orang yang kita sayangi adalah orang yang cuma bisa mempermainkan hati kita? Orang yang selalu fokus ke fisik, orang yang selalu menganggap materi adalah segalanya?”

Si Cepak terdiam, mencoba mencermati perkataan si Gendut. Gue bisa saja ikut campur dan memberi tanggapan dengan berkata, “Jotos aja kalo lu punya jodoh kayak gitu! Orang yang tidak menghargai perasaan layak dapat teguran berupa pukulan kesadaran!” tapi gue hanya diam.

Tak lama dalam obrolan itu, datanglah gadis manis yang membuat mata gue terbelalak dan sempat keselek kentang. Gadis itu adalah cewek yang tadi gue tabrak.

Si Cepak berkemas meninggalkan si Gendut yang masih kebingungan, dari kejauhan cewek tadi dan si Cepak saling bergandeng tangan. Disini semua nuansa yang gue lihat bagai mimpi buruk. Ternyata cewek itu pacarnya si Cepak. Suwekkkk!!!

Karena masih melongo, Si gendut menepuk bahu gue dan bertanya seolah sudah akrab dengan gue.

“Maaf, Bang. Saya nanya dong, menurut ente cinta itu apa sihh??” tanya dia dengan wajah di bikin sepolos mungkin.

Dengan segenap hati. Dalam campuran antara emosi dengan pertanyaan konyol dan tak terima si Cepak pacarnya gadis cakep yang tadi gue tabrak. Dalam hembusan nafas berat, gue menjawab.

“Cinta itu… Monyet!!! Bang, nih piringnya!” gue langsung pergi meninggalkan Abang tukang somay yang saling bertatapan dengan si Gendut dengan penuh rasa heran.
Korban dari Segala Korban

Korban dari Segala Korban


Bagiamana rasanya saat kalian mendapati hari ini adalah hari terburuk yang tak akan pernah dilupain dan tak lekang oleh zaman? Rasanya? Seperti mencoba makan kulit duren…

Jadi gue pernah mengalami kejadian buruk secara beruntun, dan itu terjadi saat hari kamis.

Flashback ke masa dimana masih pelajar SMA.


Lagi asyiknya tidur dan bermimpi bertemu Raisa di konser impian, alarm sialan membangunkan gue dari mimpi indah. Liat jam ternyata jam 7 lewat. Satu kata untuk diucapkan dengan muka pucat serta bibir monyong ini.

“Kampret!”

Lalu.

“Gue telat!”

Seandainya gue memiliki kemampuan seperti The Flash atau Quick Silver, mungkin jam segitu cuma pemanasan lari menuju sekolah. Secara nyata, cuma lelaki biasa yang punya kebiasaan ngupil paling cepat. Itu gue, lho.

Ke kamar mandi, mendadak mules, dengan keringat bercucuran, untuk membuang semua apa yang ada di dalam perut melalui lubang closet. Dan pas check ember di sebelah, enggak ada air!

Tidak ada air.

Tidak bisa nyebok.

Putar keran, air enggak keluar. Cek air ledeng, ternyata kosong. Aaahhkkkk… sekering air nya di dekat ruang tamu, sedangkan jarak dari WC ke ruang tamu harus melewati ruang dapur dan ruang makan. Gila! Gue kepikiran bagaimana caranya nyalain sekering tanpa keluar dari WC.

Bantuan?

Tapi semua saudara gue masih tertidur lelap, tak ada pertolongan. Lalu tercetuslah ide konyol bin labil. Karena tinja masih nempel dengan anget-anget di dubur, enggak ada air, terpaksa tidak pake celana saat keluar WC.

Ternyata!

Ada saudara perempuan gue sedang sarapan. Oh, Shit Man! Si Riana histeris seperti melihat penampakan hantu jorok enggak pake celana, hitam, dekil, dan bau tahi.

“Lu ngapain keluar dari WC!” seru Riana, merasa jijik.

“Air ledeng kosong, nyalain dong biar airnya langsung bisa masuk ke bak mandi.” pinta gue, polos.

Baiklah. Alur cerita dipercepat dan akhirnya gue bisa mandi plus nyebok dengan damai.

Bergegas berseragam dan langsung pergi keluar rumah. Dengan sisa tenaga yang ada, ditambah belum sarapan. Gue berlari menuju tempat angkot biasa muncul. Waktu itu julukannya lumayan kece, U-TEN atau U-10, warna merah.

Si Akmal, temen gue, mengenalnya sebagai mobil tuyul… lho?

Tapi ditunggui enggak nongol-nongol tuh mobil, pukul waktu di jam tangan menunjukkan gue sudah telat 2 menit. Ini tak bisa dibiarkan, jarak lumayan jauh, gue enggak bisa berpisah di tempat ini! Ya, elah, lebay!

Akhirnya gue lari, iya, lari dari kenyataan, gue enggak mau di pandang sebagai siswa yang telat di hari yang maha penting ini. Ujian Semester.

Nafas gue tersedak-sedak, sampai betis kayaknya udah enggak mampu di ajak berlari. Berbagai rintangan di jalan seperti barisan bocah SD, kemacetan gara-gara Bajaj salah parkir, sampai melewati bongkaran Sunter yang serba becek.

Rasanya kalo nanti gue punya anak, akan gue kasih nasehat bijak, “Nak, hargailah waktu, karena waktu tak pernah menghargai kita.”

Setelah sampai pintu gerbang, gue nengok ke belakang. Dan… dasar kuda menjerit abis di sunat! Itu mobil U-10 lewat di depan mata gue, jadi selama ini, gue berlari jauh sambil dibuntutin mobil angkot sial ini di belakang.

“Kenaaapaaaa…!!!”

Cobaan tetap menghampiri. Interogasi Satpam penjaga gerbang sekolah. Ada teknik intimidasi dari si Satpam, yang bikin gue hampir keluarin ingus saking greget-nya sama si Satpam ini.

Gue diijinkan masuk, langsung aja ngeloyor lewatin meja piket, nyari kelas tempat ujian berlangsung dekat papan mading. Kelasnya dekat kantin!

Saat masuk kelas dengan muka tak berdosa, gue dengan sikap cool menjelaskan alasan kenapa terlambat datang. Sang pengawas ujian Cuma manggut-manggut doang. Gue dipersilakan duduk di barisan paling depan. Ujian ini benar-benar ujian, uji nyali plus uji ketabahan. Ujian kali ini adalah MATEMATIKA!! Hahaha… seseorang pukul kepala gue agar merasa ini cuma mimpi buruk saja.

Barisan paling depan, pengawasnya bermata tajam, enggak ada peluang nyontek, salah belajar, keringat bercucuran, sampai bau ketek berhamburan ke seluruh seragam gue. Dih, derita banget sih!!!

Solusi terakhir dan paling mentok menurut mitos para siswa adalah dengan menjawab setiap pertanyan di lembar soal menggunakan Feeling serta Cap Cip Cup. Beres. Hasilnya? I Don’t Care!

Oke, bel istirahat. Asyik! Gue ke kantin, pesan nasi goreng. Saat serah terima piring, gue check kantong baju. Terasa hampa. Cek di kantong celana. Sepi, tak ada yang menonjol.

Aaahhhkkk… lupa bawa duit!

“Kalo enggak bawa duit, dilarang ngutang!” tegas si Pemilik Kantin Nasi Goreng.

Alhasil, gue gagal serah terima. Dan piring nasi goreng beralih ke siswa lain yang nasibnya lebih beruntung dari gue. Dengan perlahan dan menahan isak tangis, gue pergi dari kantin bersembuyi di balik para cowok macho yang berebut gorengan. Siapa tahu dapat satu, hehehe…

Hanya Teman

Hanya Teman

Dari www.selipan.com

Sempat bete kalo ingat dua kalimat ini. Mungkin dua kalimat ini adalah mantra kutukan yang bisa mengelabui diri kita akan indahnya percintaan. Hoeekkk!!! Cuihhh!!! Kenapa harus gue yang kena pengaruh dua kalimat ini!!!

Hhhmmm…

Beberapa hari yang lalu, saat kemacetan di Jakarta tak ada beresnya. Gue berdiam diri dalam kamar. Mendadak renungkan diri dalam kekosongan ruang yang begitu hening. Jika terdengar suara kecil bagai ban kempes, ketahuilah itu adalah suara kentut.

Duduk bersila. Mata fokus ke sebuah kalender bulan Februari. Dan munculah beberapa scene masa lalu yang tak bisa dilupakan apalagi di reset. Masa dimana gue masih ingusan, masih labil, masih alay dengan tingkat ke-alay-an yang tinggi. Anggap aja gue lelaki item yang terjun ke dunia asmara. Lelaki bodoh yang tidak mengerti perasaan diri sendiri, hanya bisa menyukai tanpa alasan yang jelas.

Dulu, gue gampang banget menyukai seseorang tanpa ada alasan. Orang yang gue maksud adalah wanita yaa… bukan waria. Ada yang pernah mengalami hal serupa?

Jadi waktu itu gue menyukai Regina. Dia gadis sekelas bareng gue, salah satu fans berat band Vierra yang sebelum ganti nama. Dia juga mengidolakan vokalis band tersebut yang bernama Widi. Sifatnya yang periang dan ceria. Membuat hati ini ikut buncah, merasa senang tanpa diketahui olehnya.

Lentik matanya yang sempurna, membuat adu pandang bagi penglihatan gue terkesima. Lesung pipinya yang imut cukup memberi kesan pesona. Gue bahagia banget bisa melihatnya setiap hari di kelas. Tawa candanya yang khas, membuat gue terkagum-kagum tak jelas.

Tanpa di sadari, gue jatuh cinta. Dan bodohnya tanpa alasan yang mendukung. Tapi… bukankah cinta memang sedemikian adanya. Terciptanya perasaan suka tak berarti langsung memiliki apa yang kita suka. Karena selalu ada tembok besar di antara perbatasan dinding ‘suka’ dengan dinding ‘memiliki’.

Mitos bahwa tulang rusuk wanita tercipta dari tulang rusuk lelaki. Karena gue paranoid, gue sempat ke rumah sakit untuk di rongein dengan alat infra merah. Lebay banget kan? Tapi itulah gue. Rasanya gue dibutakan oleh cinta.

Dari www.fotogambarlucu.com

Tolong saya ingin bisa melihat indahnya dunia sekali ini saja… please…jangan butakan saya!!! Terakhir kali gue berteriak seperti itu dalam keadaan mati lampu di kost-an. Hhhmmm….

Oke, jadi gue tuh suka banget sama Regina. Bagai Aiden seperti game Watchdog, gue mencari tentang hal apa yang berkaitan dengan Regina melalui media sosial. Dulu, smartphone belum begitu gue kenal, lantas pulang sekolah gue langsung masuk warnet dan browsing dengan kecepatan ketik jari yang cepat, gue menuliskan namanya di Search Engine.

Dan yang keluar adalah sebuah blog yang fenomenal… (sengaja tak kusebutkan nama blognya)

Namanya pun tertera di dalam profil blog tersebut. Isi konten blognya tidak lain adalah lirik seluruh lagu album Vierra. Gue cepat mengenalinya karena foto profilnya yang nggak bisa bikin tebakan gue meleset. Karena gue hapal seluruh bagian indah di wajahnya.

Regina menyukai lagu Vierra, menyukai buah apel, hobi baca novel fiksi, suka bengong, jahilin anak tetangga. Suka cowok lucu ngomong nggak nyambung. Yang terakhir pas banget dengan diri gue!

Esok harinya gue memberanikan diri. Perasaan ini cukup dag dig dug belalang sunat. Saat ia memasuki ruang kelas dengan anggunnya. Rambut panjangnya terurai kesana kemari karena pengaruh angin, ya ampun dia seperti putri iklan di tivi!

Gue panggil namanya dan dia pun menoleh pelan ke arah gue. Dia tersenyum dan langsung menghampiri gue dengan cepat. Sampai wajah cantiknya sangat dekat sekali dengan wajah gue, dia berbisik pelan sambil cekikikan. Gue sempat merinding saat dia berkata,

“Mi, utang bakso kemarin lu belom bayar sama gue! Hahaha…”

Jeegggeeerrrr!! Memalukan lelaki macam apa yang bisa ngutang sama wanita cantik ini. Gue menyesali diri gue yang selalu bokek.

Tapi rencana hati harus tetap dijalankan, “Gina, gue mau ngomong sama lu nihh, kita ke belakang yuk, rahasia nihh.” ajak gue ke tempat duduk paling belakang. Karena suasana kelas cukup ramai dengan kesibukan gossip murahan teman sekelas. Gue memilih untuk duduk berdua dengan Regina di barisan meja paling belakang.

“Hhhmmm… mau ngomong apa? Mau ngutang bakso lagi?” tanya Regina.

“Lu jangan tersinggung yaa… ini cuma masalah hati. Gue tadi ke dokter buat cek kesehatan ternyata gue nggak mengidap Hepatitis. Jadi mungkin ini sedikit ngaco dari pikiran gue…” mencoba basa-basi dulu, menangkap Feeling sesaat di wajah Regina.

“Ngomong apa nihh… gue jadi sedikit kepo nihh.”

Dan langsung saja gue tembakkan meriam terakhir disaat medan tempur sudah tak mampu terbendung, “Gue suka sama lu, gue boleh nggak jadi seseorang yang spesial di samping lu, seseorang yang bisa lu butuhkan saat lu mau, seseorang yang bisa menemani canda tawa lu?”

Regina terdiam… sampai lima kalimat meluncur bagai balasan yang membingungkan.

“Lu, suka gue dari apanya?”

Aduhhh gue nggak sempat mikir sampai ke situ. Haruskah cinta itu detail? Haruskah yang lebih spesifik?

“Eh, gue belum mikir sampe situ, tapi tiba-tiba aja gue ingin selalu dekat dan bersama lu setiap saat.” jawab gue seadanya dan jujur dari hati.

Regina beranjak berdiri dari kursi kayu, ia masih menatap gue dengan lembayung. Senyum manisnya tidak merekah kembali. Gue tahu, gue melakukan kesalahan fatal. Dasar tolol lu, Mi!

“Untuk saat ini, gue cuma bisa jawab, hanya teman. Lu ngerti kan?” tak perlu gue mengangguk. Itu sudah lebih dari cukup untuk gue pahami. Regina menolak gue.

Aneh ya? Saat gue sedang gembiranya merasakan jatuh cinta untuk pertama kali, saat itu juga gue merasakan betapa sakitnya hati. Tidak sesuai ekspetasi, tidak sesuai keinginan hati, tidak sesuai dengan apa yang selama ini telah gue impikan.

Saat Scene masa lalu berakhir. Gue memejamkan mata. Kembali selonjoran di kasur tipis. Pandangan gue keatas. Melihat langit-langit kamar. Gue menyimpulkan, ternyata gue pernah menjadi orang bodoh hanya karena berawal dari jatuh cinta.

Semoga ke depannya gue bisa lebih baik lagi untuk memperbaiki apa yang salah di masa lalu.

Ingat! Kadang men-jomblo terus itu tidak baik untuk kesehatan!


Transformterasi Fahmi

Orang Gila Selfie sendiri


Semua orang yang sudah beranjak dewasa atau alias sudah punya bulu ketek yang mengembang, pastinya banyak perubahasan dalam diri seseorang tersebut. Mulai dari segi fisik sampai segi tiga sama sisi, Ehh…

Pokoknya banyak perubahan lah.

Kalau kalian bagaimana? Merasa ada yang berubah nggak? Cerita dong disini! Gue juga mau cerita ini perubahan yang gue alami hingga bisa tampil seperti ini. Kata orang tak dikenal sih, gue itu mirip Mike Jagger. Tapi gue merendah diri dan menganggap orang tak dikenal itu memiliki kelainan pada matanya.

Oke langsung saja, “cerita gue” yang nggak formal banget, karena blog ini tercipta dari hasil kemauan gue. So, nikmati aja ceritanya. Maaf kalo sampai ngawur. Ingat! Ini blog personal, hehehe…

Semua bermula saat negara api menyerang… cut!
Semua berawal saat gue masih duduk di bangku sekolah SMA. Waktu masih kelas 3 (Udah Senior dong!) yang gue rasain perubahan waktu itu adalah suara cempreng. Yaps! Kemampuan vocal gue dalam berbicara masih seperti ibu-ibu nahan mulas, dan sifat gue yang blak-blakan masih nyangkut di setiap kali gue ngobrol bareng teman.

Karena keseringan blak-blakan, kadang salah satu dari teman gue merasa risih dan menjauhi pertemanan dengan gue. Hhhmm… dari situ gue belum merasa ada yang salah. Dari sekian sifat jelek gue paling sering dibicarakan teman-teman yang lain adalah mulut gue yang comel, kata mereka gue suka bongkar rahasia orang! Contohnya;

Bro! kemarin si Budi selfie bareng dekat closet sama Handoko di toilet cewek!

Oke, Guys! Tadi siang Faizal nggak sengaja kentut di ruang guru, padahal semua guru lagi pada makan siang! Gila ya! Baunya kayak Kadal kena DIARE!

Atau lebih parah dan jujur. Gue pernah bilang,

Gue lihat Pak Heri di ruang laboratorium abis gagal susun formula kimia, pas keluar dari Lab, mukanya itu lho, kayak soptek ngambang, lesu banget deh!

Ke-comel-lan gue yang udah berada di luas batas normal, membuat teman-teman menjauhi gue. Bahkan jika diukur, gue dijauhi teman-teman sejauh 400 Km. Gila! Dan gue tersadar akan hal ini. Ketika pulang sekolah tiba. Gue bertanya pada Ali teman sebangku. Mencoba mengulik informasi mengenai sifat jelek gue terhadap teman-teman sekelas.

Ali dengan sabar menjelaskan hal-hal secara detail dan terperinci dan juga memberi solusi atas permasalahan sosial yang gue alami. Ia berkata,

Lu itu lelaki Mi, bukan cewek! Lelaki sejati itu orang yang menjaga lisannya, menahan ucapannya, menepati janjinya, dan memberi nasehat yang baik. Camkan itu brother!

Dan satu hal lagi, jangan ceritain gue ke anak-anak sekelas kalo gue tadi nggak sengaja boker di kelas. Awas lu, kena karma nanti!

Gue mengangguk takhzim.

Semenjak hari itu, gue dinilai sedikit mengalami perubahan di mata teman sekelas. Ketua kelas, Risyanto sampai membuat pengumuman bahwa gue mendadak menjadi pendiam, tidak seperti biasanya. Tidak ikut gossip, tidak ledekkin teman, tidak ikut bergabung dengan obrolan para cowok maupun cewek. Dalam pikiran gue cuma satu, menetralisir anggapan orang lain dengan menjadi berbeda dari biasanya.

Ali menanyai kabar gue dan dia bilang gue melakukan cara yang salah, seharusnya tidak menjadi pendiam yang sebegitunya. Cukup menahan ucapan yang bisa beresiko buruk. Gue tetap diam mendengar kata-katanya. Dalam pikiran gue, entah bagaimana, seluruh isi pikiran  gue adalah hal yang buruk. Gue merasa blank.

Kayaknya waktu itu gue terlalu berlebihan tapi secara perlahan teman-teman di kelas mengenal gue adalah orang dengan pribadi yang santai, orang yang tidak peduli dengan rahasia-rahasia teman sekelas, orang yang cuma mendengarkan keluhan tapi juga memberi nasehat dan tips, orang yang kadang ‘lebih’ suka mendahului orang lain ketimbang diri gue sendiri, contohnya saat gue kebelet boker, gue mengutamakan siswa yang lebih tua dari gue. Konyol ya?

Tapi memang untuk memulai sedikit perubahan, ada banyak hal konyol yang harus kita lakukan. Mirip albert Einstein, dia melakukan berbagai eksperimen setiap hari sampai model rambutnya menjadi bahan lelucon orang lain, atau Edison yang dianggap aneh membuat ribuan kesalahan dalam menciptakan sebuah lampu sebagai penemuan yang paling berpengaruh dalam dunia.

Gue tidak seperti itu, cukup mengubah diri sendiri menjadi lebih baik aja. Nggak ada maksud untuk mengubah dunia ini. Sedikit demi sedikit gue memperbaiki ‘mulut’ untuk berkata seadanya aja, minimalisir guyonan yang bisa saja orang lain merasa tak senang. Dan perbanyak nasehat selama otak gue terus dilatih untuk berpikir positif.

Ini semua berkat Ali, seandainya Ali adalah cewek, tentu saja gue akan memeluknya dan mencium keningnya dan berbisik di telinganya “Kau adalah berkah yang tak terduga untukku”

Tapi karena takut nanti dijotos dan dianggap maho, niat itu gue urungkan sementara.

 Kadang kita harus menjaga perkataan kita, pengalaman buruk gue seperti PHP-in cewek, ingkar janji, sok puitis, banyak gombal, banyak bacot, suka bully lewat perkataan, berbohong, bermulut manis (siapa yang mendengarnya bisa kena penyakit diabetes menahun).

Semuanya membuat gue terus kembali tuk tersadar atas apa yang gue perbuat. Sampai saat ini gue masih mengontrol ‘mulut’ menjaga ucapan. Karena yang paling sulit dalam mengubah diri menjadi lebih baik adalah mempertahankan ucapan kita.

Semoga kalian yang sudah dewasa, khususnya membaca cerita ngaco gue kali ini bisa tersadarkan dan terbuka hatinya untuk menjaga ucapan terhadap teman-teman kita, keluarga kita, sampai orang yang kita sayangi dan cintai.

Ingat! Diam adalah emas! Bukan kuning-kuning yang ngambang yaaa… eh, maksud gue jaga ucapan kita, karena cermin sifat kita berada di mulut kita.

Mulut itu kayak terasi, gurih, tapi kebanyakan gurih jadi tidak bagus…